Tiga Fase Hadapi Culture Shock di Tempat Kerja Baru!



Setiap orang pasti punya kondisi ideal di mana ia nyaman dan bisa bergerak leluasa. Hal itu biasa disebut sebagai zona nyaman. Kalau zona nyamanku adalah kondisi di mana semua tertata, terarah, dan punya tujuan jelas. Akan tetapi, tidak setiap saat kita bisa bertemu dengan kondisi seperti itu. Lalu, gimana cara mengatasinya? Yuk simak cerita singkatku beradaptasi dengan lingkungan baru!

Sebagai seorang intover, aku tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Bahkan di tempat kerjaku sebelumnya, butuh waktu sampai berbulan-bulan lamanya. Ya... dibanding langsung beraksi, aku lebih banyak mengamati.  Maka, tidak heran jika ada orang yang menganggapku kaku dan sulit didekati pada awal jumpa. Mudahnya, banyak orang yang menganggapku pendiam. Padahal itu semua karena aku bingung harus apa. Ini aku lagi belajar sambil mengamati, lho! Learning by observing. Nggak mungkin dong, pertama ketemu langsung kayang?

Dalam fase adaptasi, aku membaginya menjadi tiga tahap, yaitu fase kaget, fase mencari hikmah, dan fase berdamai. 

Fase Kaget

Ketika datang ke tempat baru, setiap orang membawa ekspektasi di kepala, begitu juga denganku. Ngga besar sih. Belajar dari pengalaman, aku hanya membawa ekspektasi standar minimal, biar nggak kecewa. Meski begitu, tetap saja aku menemukan hal-hal yang membuat bertanya-tanya, "Loh, kok gini?"

Yap! Fase inilah yang kusebut sebagai fase kaget.

Pertama kali datang, aku dihadapkan pada keadaan yang membuat tak nyaman. Aku yang biasa bekerja di tempat tenang, harus berdamai dengan keriuhan. Aku yang biasa memiliki ruang untuk sendiri, kini harus berbagi. Selain itu, ada beberapa fasilitas standar yang kupikir ada tetapi tidak ada.

Belum  lagi, aku mendapat tugas yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Misal, menjadi Pembina Pramuka. Meski ibuku seorang yang aktif di kepramukaan, aku tidak tertarik dengan pramuka. Karena tidak tertarik, tentu saja, aku juga tidak menguasai hal-hal terkait pramuka. Apa yang harus kulakukan? Haha. Menertawakannya, sebagaimana Ibu dan bestieku tertawa. Sebab mereka tahu apa yang kurasa. 

Dan masih banyak hal lain yang bikin heran dan kaget.

Namun, apakah aku langsung menyerah? Tidak, Bestie! Aku hadapi semua ini layaknya menyelesaikan tantangan permainan level hard

Fase Mencari Hikmah

Setelah melewati fase kaget, aku mencoba memandang permasalahan yang ada dari sudut pandang berbeda. Aku percaya bahwa semua hal punya banyak sisi. Ibaratnya nih, uang koin tipis aja punya dua sisi, apalagi permasalahan yang jelas punya wujud nyata. Kita nggak boleh menutup mata, bahwa hal yang kadang kelihatan jelek di mata kita, bisa jadi punya sisi baik yang tidak pernah kita duga.

Di antara rasa kaget yang muncul di dada, aku meraba-raba. Hikmah apa yang ada di balik semua tantangan ini?

Sebagai contoh, fasilitas sekolah yang tidak memadai dapat mengasah kreativitas untuk membuat inovasi pembelajaran. Tugas baru yang kuperoleh dapat menambah wawasan yang kupunya.

Bisa jadi itulah mengapa aku ada di sini, batinku. Aku ada di sini bukan untuk mengeluh dan menyalahkan keadaan. Aku di sini karena aku dianggap mampu untuk bertahan di luar zona nyaman tanpa kehilangan jati diri. Ya, hidup ini seolah ngasih tantangan nyinyir.

"Bisa ngga nih kamu tetap berkreasi meski kondisi bikin kamu sensi?"

"Bisa ngga nih kamu tetap happy meski melakukan tugas yang tidak kamu suka dan belum kamu kuasai?"

Fase Berdamai 

Inilah fase terakhir dari proses adaptasi, yaitu fase berdamai. Cara pertama berdamai yang paling mudah adalah tersenyum dan menertawakan keadaan. Prinsipnya adalah tertawa membuat bahagia, bukan tertawa karena bahagia. Mari kita menikmati tragedi layaknya menonton film komedi.

Toh, aku nggak sendiri menghadapi semuanya. Bersyukur aku dapat bertemu orang-orang baik yang nggak sungkan buat menyapa dan bercerita, sehingga  proses adaptasi ini jadi menyenangkan. No drama-drama club. Kalau pun ada drama nantinya, mohon maaf tidak bisa bergabung, hehe. 

Mari kita bahagia melakukan hal-hal baik yang kita bisa. Dibanding kesedihan, lebih banyak kebahagiaan yang aku rasakan. Mulai dari penghasilan yang bertambah, Alhamdulillah hehe. Jarang galau, lebih fresh, dan rasanya plong aja gitu. 



Sampai saat ini aku masih berada di antara fase mencari hikmah dan berdamai. Namun, aku percaya bahwa apapun yang kualami nggak lepas dari campur tangan Allah dan insyaAllah baik untukku. Semoga di tempat ini aku lebih bisa mengembangkan diriku dengan leluasa. Semangat aku!






0 komentar