Aku menulis cerita ini spesial untuk merayakan hari ulang tahun yang kesekian kalinya. Setelah melewati umur dua puluh lima dengan derai air mata dan tawa, sudah saatnya membuka lembar istimewa. Harapannya bukan hanya raga yang menua, tetapi pikiran mendewasa. Makin bijaksana memandang dunia.
Dulu sekali, aku merasa hidupku tidak istimewa. Rasanya semua terlalu biasa-biasa aja, kurang greget.
"Kenapa orang lain bisa pergi ke sana ke mari, sementara aku masih di sini-sini aja. Merasa nggak ada progres, gitu aja melulu. Pekerjaan yang sama, tugas yang sama."
"Kenapa orang lain bisa berteman dengan banyak orang, sedang aku kadang merasa orang lain enggan berkawan denganku. Mungkinkah aku ini orang yang nggak asyik?"
"Kenapa orang lain yang seusiaku, bahkan lebih muda, sudah bertemu dengan belahan jiwa dan membangun keluarga. Sedangkan aku, salah jatuh cinta melulu, haha. Sampai kadang merasa aneh dan tidak percaya dengan diriku sendiri."
Terlalu sering menengok ke luar membuatku sering membandingkan diri dengan orang lain. Sampai tak sadar kalau nikmat yang kudapat, barangkali adalah yang orang lain damba-dambakan. Keluarga yang lengkap, orang tua yang mendukung, nikmat sehat, tidak pernah kelaparan, tidur dengan nyaman, bernapas dengan lega, bebas melakukan hobi, punya kesempatan berkarya, dan masih banyak lagi. Aku tidak sanggup menulisnya. Terlalu malu sebab kurang sekali rasa syukurku. Di antara sekian nikmat itu, aku malah mencari yang tidak ada dan melupakan yang kupunya.
Duh jadi mellow gini.
Dalam kesempatan ini aku ingin menulis jurnal pertama di blog pribadi sebagai pengingat supaya aku tidak lupa bahwa segala nikmat yang kudapat tak lepas dari campur tangan Allah dan lisan orang tua yang tak pernah lelah melantunkan doa-doa baik. Tulisan ini adalah versi panjang dari catatan yang pernah kutulis di instagram (klik untuk membaca) dengan judul "Ridho Orang Tua, Keistimewaan Teristimewa"
Cerita bermula di Juli 2021, usia dua puluh lima dibuka dengan cerita sedih sahabatku resign dari tempat kerja karena alasan pribadi. Sebagai orang yang sering bekerja sama, cerita ini itu, tentu saja aku merasa kehilangan. Sebab, yang membuatku tetap bertahan adalah siswa dan rekan kerja yang bisa diajak bertukar pikiran. Bagiku, se-nggak asyik apapun pekerjaan kalau punya rekan yang sefrekuensi bisa aja jadi asyik.
Sejak saat itu, keinginanku melalangbuana ke lain tempat makin membahana. Sering sekali berucap, "Aku ingin pergi dengan cara yang elegan" Tapi, caranya gimana aku belum tahu, Ya Allah. Please, kasih tahu, hehe.
Eh dijawab sama Allah dengan adanya rekrutmen Guru PPPK. Setelah mendaftar ini itu, sampailah di bagian memilih formasi. Ternyata aku belum bisa, sebab Tahap 1 diprioritaskan untuk Honorer Daerah di sekolah negeri. Ya, tak apa, batinku. Pengalaman gagal tes CPNS beberapa kali membuatku belajar untuk tak banyak berekspektasi. Udah tenang aja, nikmati prosesnya.
Sambil menunggu PPPK Tahap 2, aku menjalankan tugas dengan penuh tanggungjawab. Kulakukan sebaik yang aku bisa bersama dengan rekan-rekan satu tim. Selain itu, aku membuka akun instagram @kancabiologi pada Oktober 2021 dan mulai aktif lagi menulis artikel. Harapannya, waktuku tidak kebanyakan dipakai buat sambat. Maafkan hambamu yang tukang sambat.
Keasyikanku membuat konten di @kancabiologi dan belajar menulis artikel ternyata punya dampak positif. Aku merasa memiliki waktu bermakna, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan kondisi dunia luar yang tak bersahabat. Pelan-pelan, banyak yang mulai menyadari kehadiran @kancabiologi. Meskipun follower instagramnya masih seuprit, aku sering dibuat terharu dengan DM yang masuk.
Di tengah kesibukan dengan @kancabiologi, aku mendapat hadiah menarik. For the first time in forever, Alhamdulillah dapat juara 3 Lomba Menulis Blog Guruinovatif.id. Jika biasanya, mendapat sertifikat sebagai peserta saja, kali ini dapat sebagai Juara. Terharu banget aku. Makin semangat buat latihan menulis.
Gambar 1. Sertifikat Lomba Blog Guruinovatif.id |
Bersamaan
dengan hal itu, muncullah pengumuman pelaksanaan PPPK Tahap 2. Formasi
yang tadinya bejibun, menyusut jadi 4 sekolah saja. Ibuku paling giat
menunjukkan formasi dan membisikkan, "Udah daftar di SMP ini aja,".
Baiklah, aku manut. Sejak tahap 1, Ibu selalu menyebutkan nama sekolah
itu. Dan sekarang di Tahap 2, ternyata masih ada. Aku anggap ini sebagai
pertanda baik. Pada hari pertama pemilihan formasi, sag seg tanpa pikir
panjang aku memilih sekolah tersebut.
Setelah mendaftar, aku tutup telinga terhadap berita-berita yang beredar. Banyak yang bilang bahwa ada guru bersertifikat pendidik mendaftar di sekolah pilihanku. Para guru pasti tahu, berita paling hangat saat itu adalah guru berserdik dapat jalan lebih lebar untuk lolos. Belum lagi jika punya afirmasi usia dan sebagainya. Aku yang tidak punya keduanya, nekat mendaftar dengan modal yakin dan manut orang tua. Bismillah.
Hari tes pun tiba, aku berangkat dengan Bestieku yang cantik memesona menaiki kendaraan roda dua. Sebab waktu tes pukul satu siang, maka kami makan bakso dulu, hehe. Setelah makan bakso, kami berpisah sebab beda tempat tes. Semangat berjuang!
Gambar 2. Di warung bakso siang itu |
Masih ada waktu kurang lebih satu jam menuju waktu tes. Awalnya, aku mau salat di area lokasi tes, tetap tidak bisa karena gerbang ditutup. Akhirnya, salat di masjid RSUD Dr. M. Azhari dengan membonceng orang tak dikenal. Berawal dari tanya, "Mau salat di mana?" berakhir dengan, "Yuk, mbonceng saya saja, bareng." Dan sekarang, aku lupa nama dan wajah ibu tersebut. Semoga sehat dan bahagia selalu.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya pintu gerbang dibuka dan dimulailah pengecekan suhu tubuh. Ada kejadian lucu sebelum tes di pos pengecekan suhu. Saat orang lain bisa mudah masuk, aku mengalami kendala karena suhu badan lebih dari 37 derajat celcius, sehingga petugas menahanku sementara di sana. Bukan apa-apa, mungkin karena tubuhku memanas saat berjemur menunggu gerbang dibuka. Aku dibiarkan beristirahat sebentar. Panik nggak? Oh, tentu saja iya. Tapi pura-pura santai adalah mottoku. haha.
Alhamdulillah, setelah itu semua lancar hingga aku berhasil duduk di tempat tes sambil memegang pena dan kertas coret-coret. Segala doa kupanjatkan, sebab jantung berdebar-debar. Lalu, kugoreskan sebuah kalimat di atas kertas coret-coretan, "Bismillahirrahmanirrahim, melampaui passing grade."
Tes pun dimulai, motto dijalankan dengan seksama. Hingga sampailah di bagian tes kompetensi profesional dan pedagogis, aku mulai khawatir. Hati menjerit, "Soal fisikanya jangan angel-angel ya Allah. Aku nggak kuat."
Taaraa, aku terkejut, ternyata materi yang keluar hampir 90 persen, baru saja kuajarkan pada siswa di kelas dan banyak muncul materi-materi yang kujadikan konten di @kancabiologi. Di sini aku sadar bahwa ternyata apapun yang kita alami, entah sedih atau bahagia adalah cara Allah mempersiapkan kita untuk sesuatu di masa mendatang. Tidak sia-sia, aku belajar membuat konten di @kancabiologi.
Tes pun selesai, muncullah nilai akhir yang membuatku dredeg dan berucap Alhamdulillah. Keluar ujian langsung kirim laporan ke komandan (read: Ibu dan Bapak), hehe
Setelah lapor sama komandan, baru menelpon Bestiekuh. Aku menjemputnya di lokasi tesnya. Lalu, kami salat Ashar di masjid dekat tempat tersebut. Selesai salat, apakah kami langsung pulang? Tidak semudah itu. Ada tragedi ban bocor! Kejadian ini bikin ketar-ketir karena hari sudah mulai senja. Meski begitu, bersamamu aku bisa menikmati tragedi sebagai komedi. Thankyou, muuaach!
Gambar 3. Menunggu ganti ban dalam dengan senyuman |
Setelah mengikuti tes, aku kembali beraktivitas seperti sedia kala. Aku tidak tahu hasil akhirnya nanti seperti apa, tetapi aku tetap mensyukuri perolehan yang kucapai. It's okay yang penting happy dan aku tetap melanjutkan hidup.
Sampailah pada hari pengumuman tiba. Saking penasarannya berkali-kali mengecek akun sscasn, kali aja ada yang berubah. Namun, seperti biasa ada penundaaan. Meski begitu, aku tetap menjalankan motto. Yok tenang yok, sabar.
Kesabaran itu membawakanku hadiah yang membuat perasaanku bingung antara bahagia dan juga sedih. Senang karena berhasil mencapai tujuan, sedih karena harus meninggalkan rekan kerja senasib sepenanggungan. Aku harap di tahap berikutnya, beliau bisa mendapatkan formasi.
![]() | |
Gambar 3. Pengumuman |
Beberapa
minggu setelah pengumuman lewat akun, muncullah pengumuman resmi yang
memungkinkan kita dapat melihat nama orang lain. Setelah kucermati, ada
hal menarik yang dapat aku pelajari dari peristiwa ini. Dari semua
sekolah dengan formasi Guru IPA di kotaku, hanya sekolah itu
yang tidak memiliki pendaftar guru bersertifikat pendidik. Bagiku, ini skenario Allah yang memungkinkan aku untuk lolos. Dari kabar yang sempat kudengar, guru bersertifikat pendidik yang berencana mendaftar di tempat itu, berubah pikiran dengan berbagai alasan. Semudah itu, Allah membolak-balikan hati manusia.
Deg, ini karena ridho dari orang tuaku, aku yakin itu. Sebab, siapalah aku hanya butiran debu yang kerjaannya sambat melulu.
Tentang ridho orang tua, tak hanya berhenti di sana. Selepas tes itu, mulai ramai seleksi administrasi PPG dalam jabatan bagi yang diundang. Alhamdulillah, diundang. Akan tetapi, ada beberapa kendala terkait berkas yang harus diunggah. Rasanya waktu itu, aku hampir menyerah karena udah pesimis dulu. Meski begitu, kuunggah dokumen seadanya terkait hal tersebut di hari terakhir pengajuan berkas. Benar-benar pasrah, apapun hasilnya aku terima. Yok tenang yok!
Lagi-lagi, Alhamdulillah! Berkasku disetujui. Kini saatnya menunggu waktu tes. Selama masa menunggu, banyak drama yang terjadi dalam hidupku. Mulai dari yang bikin bahagia sampai bikin nangis sesenggukan. Halah sok dramatis! hehe, biarin. Aku juga sibuk mondar-mandir mengurus ini dan itu, serta menyelesaikan tanggungjawab karena harus pamit di 10 April 2022.
10 April berlalu, drama memasuki babak baru. Sesudah tes ppg, kegiatanku adalah glundang glundung di rumah sembari menunggu SK turun dari langit. Meski di rumah aja, bukan berarti aku tidak ngapa-ngapain. Momen ini kumanfaatkan untuk mengembangkan lagi akun @kancabiologi yang sempat terbengkalai dan latihan menulis, serta menekuni hobi baru. Selain itu, kusempatkan diri bergabung dengan internship @daffaspeaks batch 3, sebuah komunitas Public Speaking.
Hari demi hari berlalu dengan seru. Sampai akhirnya, kini aku beradaptasi di tempat baru. Lalu, gimana dengan hasil tes PPGnya? Hehe ya begitu, tunggu di cerita-cerita berikutnya! Doakan semoga lancar.
Kadang dalam hidup, kita akan menjumpai momen-momen yang membuat berpikir, "Ah, nggak mungkin!" Iya, memang nggak mungkin kalau kita melakukannya sendiri. Tapi, jangan lupa bahwa kita nggak sendiri, ada Allah dan orang yang sayang sama kita. Udah gitu aja, hehe.
Selesai menulis cerita ini, aku menyadari satu hal. Jika kukilas balik, ternyata ada banyak hal istimewa yang terjadi dalam hidup. Sejak lahir ke dunia, hingga sekarang, menjalani hidup sebagai diriku adalah hadiah teristimewa yang pernah kudapat. Ibarat hadiah custom khusus buatku seorang. hehe
0 komentar