Hati-hati dengan Tindakanmu!

 



Pernah nggak dengar kalimat bahwa orang akan dimatikan sesuai dengan kebiasaannya? Hal ini terdengar menakutkan, sekaligus mengagumkan. Menakutkan jikalau kita meninggal saat melakukan sesuatu buruk. Mengagumkan karena terlepas dari kematian kita sudah ditentukan oleh Allah Swt, kita bisa mengusahakan akhir yang indah dengan cara membangun kebiasaan-kebiasaan baik. InsyaAllah. 

Hati-hati dengan apa yang kamu pikirkan
karena itu akan menjadi ucapan
Hati-hati dengan apa yang kamu ucapkan
karena itu akan menjadi tindakan
Hati-hati dengan tindakan
karena itu akan menjadi kebiasaan
Hati-hati dengan kebiasaan
karena itu akan menjadi karakter
Hati-hati dengan karakter
karena itu akan menjadi nasibmu
 
Kalimat anonim yang kudengar di bangku kuliah dulu, membekas dalam ingatan. Ia terpatri dalam pikiran dan menjadi salah satu pengontrol diri ketika terbesit ingin melakukan hal-hal buruk. Yaps, apa yang kita pikirkan ternyata bisa jadi nasib. Terdengar abstrak, tapi banyak fakta yang membuktikan. Dan kali ini aku ingin bercerita tentang salah satu bagian dari kalimat tersebut.
 
Hati-hati dengan tindakan
karena itu akan menjadi kebiasaan
 
Ini adalah sekumpulan cerita tentang betapa menganggumkannya sebuah kebiasaan.
 

Minum Air Hangat


Dulu waktu kecil, aku paling nggak mau kalau diminta minum air hangat. Salah satu hal yang paling kuingat adalah ketika menjadi delegasi lomba menyanyi antar Sekolah Dasar di tingkat kecamatan, ibu memberi saran  untuk minum air hangat. Akan tetapi, aku menolak. Rasanya nggak enak aja gitu, minum air putih hangat. Di perut nggak nyaman, bikin mual. 

Tapi, tahu nggak? Sekarang malah nggak bisa hidup tanpa air putih hangat. Setiap ambil air minum, pasti tangan refleks memencet bagian air panas lebih dulu sebelum kutambah air dingin. Saking jadi kebiasaan, sore hari sebelum aku menulis ini aku berniat membuat soda gembira. Pertama kutuang susu putih di gelas. Niatnya mau kutambah fanta, eh malah aku pencet air hangat. Jadilah susu putih hangat. Kejadian sederhana ini membuatku melahirkan tulisan yang sekarang berada di layar gawaimu. 
 

Menyalakan/ Mematikan Lampu Kamar Mandi


Sudah jadi kebiasaan kalau setiap mau ke kamar mandi, aku pasti menekan saklar lampu kamar mandi. Maka, tiap ke kamar mandi tangan refleks memencet saklar. Padahal masih siang. Hmm
 

Salah Arah

 
Di jalan desaku ada sebuah pertigaan. Selama kurang lebih empat tahun, aku selalu belok ke kanan untuk berangkat kerja. Dan sekarang, aku pindah tempat kerja. Di mana aku hanya perlu jalan lurus untuk menuju ke sana.
 
Namun, suatu pagi, aku malah belok ke kanan dan sadar setelah beberapa menit berlalu. Akhirnya, putar balik deh. Ya, kalau ini sebenarnya gabungan kebiasaan dan gagal fokus. wkwkw
 

Tidak Bersalaman dengan Lawan Jenis

 

Aku hidup di lingkungan yang memandang bahwa bersalaman dengan lawan jenis adalah hal biasa. Entah kepada saudara, tetangga, atau siapapun. Tapi aku nggak mau membahas ini. Aku ingin membahas tentang sebuah cerita yang menjadi cikal bakal kebiasaan ini terbentuk.
 
Akhir tahun 2016, aku mengikuti kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) antar bangsa ke Tanjung Malim, Perak, Malaysia selama dua bulan. Ketika sampai di sana, budaya tempat yang kukunjungi adalah hanya berjabat tangan dengan sesama jenis saja. Terlebih lagi, seminggu kemudian aku ditempatkan di sebuah Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA), sehingga makin kentalkan hal ini.

Sepulangnya ke Indonesia, aku merasa berjabat tangan dengan lawan jenis jadi kaku. Tak lama kemudian, di akhir tahun 2017, aku lulus dan bekerja di sebuah sekolah Islam dan Pondok Pesantren. Di tempat ini, tentu saja kebiasaan itu ada. Dan hal itu, berlangsung hingga tahun 2022. Aku mulai merasakan bahwa hal itu memang terasa sangat nyaman. 

Dan aku sekarang berada di tempat yang bebeda budaya, kadang bingung harus gimana.

Menulis


Kebiasaan yang masih ada hingga sekarang, berawal dari sebuah buku catatan berwarna pink bergambar mickey mouse. Mau kutunjukan fotonya, tapi sepertinya sudah kumuseumkan. Haha, karena isinya Dear, Diary dan catatan ajaib yang aku sendiri bertanya-tanya. Kenapa dulu aku nulis beginian
 
Namun, berawal dari catatan itu, aku jadi rajin nulis dan sempat membuat antologi puisi solo. Kalau yang mau pesan bisa hubungi aku, haha. 
 
 
Masih banyak cerita lain yang mungkin akan kutulis di lain kesempatan, jika ingat. Dari kumpulan cerita sederhana ini, aku makin berpikir bahwa kebiasaan itu sangat mengagumkan atau bisa jadi malah mengerikan. Untuk itu, penting bagi sekali buat membangun kebiasaan-kebiasan baik. Kadang kala, kita overthinking memikirkan kejadian masa depan, sampai melupakan hal yang sekarang kita lalui.
 
Ada sebuah kalimat yang mengatakan bahwa, "Kita memang tidak tahu masa depan seperti apa. Akan tetapi, kita dapat memprediksikannya melalui tindakan-tindakan yang kita lakukan hari ini." 
 
So, do your best! Yuk, bangun kebiasaan-kebiasaan baik. Semoga Allah mematikan kita dalam kebiasan baik, Aamiin ya Allah. 
 

 

0 komentar